Ritul tersebut berawal
mula pada abad pertengahan 26 yaitu
Menak Sopal yang mengkhawatirkan akan gegalan panen masyarakat
Trenggalek karena saat itu dilanda kekeringan yang berkepanjangan. Sehingga
beliau mengajak masyarakat untuk membangun dam yang diberi nama Dam Bagong yang
nantinya Dam tersebut difungsikan sebagai irigasi sawah. Namun dalam
pembangunan dam tersebut tidak berjalan mulus karena beberapa kali dam tersebut
ambruk. Saat itu Menak Sopal melakukan pertapaan untuk mendapatkan petunjuk dan
dia mendapat petunjuk untuk menyelesaikan pembangunan Dam tersebut harus
mengorbankan seekor gajah putih. Sedangkan gajah putih tersebut hanya dimiliki
oleh seorang yang bernama Nyi Krandon di ponorogo. Singkat cerita Menak Sopal berhasil
meminjam gajah putih yang konon adalah pemberian almarhum suaminya. Gajah
itupun akhirnya dikorbankan sebagai tumbal pembangunan Dam tersebut. Disinilah
terjadi kontrofersi karena Nyi Krandon tersebut tidak mengetahui bahwa gajah
putih kesayangannya dijadikan korban untuk pembangunan Dam tersebut. Sampai
saat ini akhir dari polemic tersebut masih banyak diperbinjangkan dan terdapat
beberapa versi ending cerita.
Namun saat ini ritual
penumbalan gajah putih terus dilaksankan untuk menghormati para leluhur. Akan
tetapi gajah putih tersebut diganti dengan kerbau putih dengan cara di penggal kepalanya dan dilempar kedalam Dam. Kemudian
warga setempat mengumpulkan kembali daging kerbau yang di buang ke Dam sebagai
bentuk berkah untuk warga. Dari ritual itulah berkembang tradisi Bersih Dam
Bagong yang selalu diselenggarakan pada hari Jumat Kliwon. Acara tersebut
dilangsungkan didam bagong yang terletak didekat pemakaman umun dan makam Menak
sopal. Selain itu juga diadakan acara Wayangan didepan makam Menak Sopal.
0 komentar:
Posting Komentar